Senin, 29 Oktober 2012

Hukuman bagi Pelaku Riba


“Rasulullah saw melaknat orang yang memakan riba dan yang memberi riba.”

Ketika mendengar hadits tersebut dari Ibnu Mas’ud, ‘Alqamah berkata: “(Apakah laknat juga ditujukan kepada) juru tulisnya dan dua saksinya?” Ibnu Mas’ud berkata: “Yang kami sampaikan hanyalah yang kami dengar (dari Rasulullah saw).”

Akan tetapi pada hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah z, pertanyaan ‘Alqamah di atas terjawab. Beliau berkata:

“Rasulullah saw melaknat orang yang memakan riba, memberi makan dari riba, juru tulisnya dan dua saksinya. Beliau mengatakan: ‘Mereka itu sama’.”

Dua hadits di atas diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim t dalam Shahih-nya, kitab Al-Musaqat, bab Lu’ina Akilur Riba wa Mu’kiluhu, no. 4068 dan 4069.

Hadits ini secara jelas menunjukkan haramnya praktik ribawi. Sementara muamalah yang tidak barakah ini telah menggurita di tengah masyarakat kita, seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari denyut nadi perekonomian kita. Wallahul musta’an. Padahal keharaman riba demikian jelas dinyatakan dalam syariat yang mulia ini. Allah swt telah menurunkan ayat-Nya dari atas langit-Nya yang ketujuh:

“Orang-orang yang makan (mengam-bil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepada-nya larangan dari Rabbnya, lalu berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang mengulangi (mengambil riba) maka mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menumbuh-kembangkan sedekah2. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.” (Al-Baqarah: 275-276)

Dalam ayat lain, Dia Yang Maha Tinggi berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman. Maka jika kalian tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kalian. Dan jika kalian bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagi kalian pokok harta kalian, kalian tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi.” (Al-Baqarah: 278-279)

Penyebutan dengan sifat jelek, adanya ancaman dan hukuman yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas sangat cukup untuk menunjukkan tidak diridhainya perbuatan riba, alias haram. Apalagi secara jelas Allah swt menegaskan:

“Dan Dia mengharamkan riba.” (Al-Baqarah: 275)

Belum lagi hadits-hadits shahih yang disebutkan As-Sunnah An-Nabawiyyah yang suci, termasuk hadits yang menjadi pembahasan kita kali ini.

Hukuman bagi Pelaku Riba

Al-’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di t berkata: “Allah swt mengabarkan tentang pemakan riba dan jeleknya akibat yang mereka tuai. Di-kabarkan bahwa mereka tidak akan bangkit dari kubur mereka pada hari kebangkitan nanti melainkan ‘seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena (tekanan) penyakit gila’. Mereka bangkit dari kubur dalam keadaan bingung, mabuk, goncang, dan merasa pasti akan ditimpakan hukuman yang besar serta bencana yang menyulit-kan….” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 117)

Samahatusy Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz berkata: “Ayat-ayat yang mulia di atas menunjukkan secara jelas tentang kerasnya keharaman riba, dan bahwa perbuatan riba termasuk dosa besar yang memasukkan pelakunya ke dalam neraka. Sebagaimana pula ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah swt akan memus-nahkan penghasilan orang yang melakukan riba dan menyuburkan sedekah. Yakni, Allah I menjaga dan menumbuhkembangkan harta sedekah untuk pelakunya sehingga harta yang sedikit menjadi banyak, bila diperoleh dari penghasilan yang baik. Dalam ayat yang akhir disebutkan secara jelas bahwa orang yang melakukan riba adalah orang yang memerangi Allah swt dan Rasul-Nya. Yang wajib dia lakukan adalah bertaubat kepada Allah I dan mengambil pokok dari hartanya tanpa tambahannya.” (Majmu’ Fatawa wa Maqalat Muta-nawwi’ah, 19/256-257)

Al-Imam Al-Mawardi t ketika menafsirkan ayat:

“Maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kalian.” (Al-Baqarah: 278)

Beliau berkata: “Makna ayat ini ada dua sisi:
Pertama: Jika kalian tidak berhenti dari perbuatan riba, maka Aku (Allah swt) akan memerintahkan Nabi untuk memerangi kalian.
Kedua: Jika kalian tidak berhenti dari perbuatan riba, berarti kalian adalah orang yang diperangi (dianggap sebagai musuh) oleh Allah swt dan Rasul-Nya.” (An-Nukat wal ‘Uyun, 1/352)

Dari empat ayat dalam Surat Al-Baqarah di atas, dapat disimpulkan bahwa akibat buruk/ hukuman yang diperoleh pelaku riba adalah sebagai berikut:
1.    Dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat nanti seperti orang gila karena kerasukan setan.
Qatadah berkata: “Yang demi-kian itu merupakan tanda pada hari kiamat bagi orang yang melakukan riba. Mereka dibangkitkan dalam keadaan berpenyakit gila.”
Adapula yang memaknakan: “Manu-sia pada hari kiamat nanti keluar dari kubur mereka dengan segera. Namun pemakan riba menggelembung perutnya, ia ingin segera keluar dari kuburnya, namun ia terjatuh. Jadilah dia seperti keberadaan orang yang jatuh bangun kesurupan karena gila.” (Fathul Bari, 4/396)

2.    Diancam kekal dalam neraka.

3.    Harta yang diperoleh dari riba akan dihilangkan barakahnya. Bila pelakunya menginfakkan sebagian dari harta riba tersebut, niscaya ia tidak akan diberi pahala, bahkan akan menjadi bekal bagi dia untuk menuju neraka. Demikian dinyatakan Al-Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di t.

4.    Allah swt berfirman:

“Dan Allah swt tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.” (Al-Baqarah: 276)

Al-Imam Asy-Syaukani t menafsir-kan: “Yakni Allah swt tidak mencintai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa. Karena kecintaan itu dikhususkan bagi orang-orang yang bertaubat. Dalam ayat ini ada ancaman yang berat lagi besar bagi orang yang melakukan riba, di mana Allah I menghukuminya dengan kekafiran3 dan menyifatinya dengan selalu berbuat dosa.” (Fathul Qadir, 1/403)

5.    Mendapatkan permusuhan dari dan siap berperang dengan Allah swt serta Rasul-Nya.
Dari hadits Rasulullah n yang disebut-kan di awal pembahasan pun kita dapatkan ‘uqubah atau hukuman yang didapatkan oleh pihak-pihak yang bersentuhan dengan muamalah ribawi dan menjadi saksi atas muamalah ribawi tersebut. Sehingga kita dapatkan kejelasan tentang haramnya tolong menolong di atas kebatilan. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 11/28)

Hadits Abdullah bin Mas’ud dan Jabir bin Abdillah mengabarkan laknat Rasulullah saw terhadap orang yang mengam-bil dan memberi riba, mencatat transaksi ribawi dan menjadi saksinya. Mendapatkan laknat berarti mendapatkan celaan dan terjauhkan dari rahmat Allah I. Karena laknat memiliki dua makna:

Pertama: bermakna celaan dan cercaan.

Kedua: bermakna terusir dan terjauh-kan dari rahmat Allah swt.
Dengan demikian, pihak-pihak yang bersentuhan dengan muamalah ribawi ini terjauhkan dari rahmat Allah swt. Padahal seorang hamba amat sangat membutuhkan rahmat-Nya.

Al-Imam As-Sindi menga-takan: “Mereka se-mua mendapatkan laknat karena berse-kutu dalam berbuat dosa.” (Syarh Su-nan Ibni Majah, bab At-Taghlizh fir Riba)

Di dalam ayat yang telah lewat penyebutannya, Allah swt berfirman:
“Allah memusnahkan riba dan menumbuhkembangkan sedekah.”
Pemusnahan harta riba itu bisa jadi dengan musnahnya seluruh harta tersebut dari tangan pemiliknya, ataupun dengan Allah swt menghilangkan barakah dari harta tersebut sehingga pemiliknya tidak dapat mengambil manfaatnya. Bahkan ia akan kehilangan harta itu di dunia dan nanti di hari kiamat ia akan beroleh siksa. Karena yang namanya harta riba –walaupun kelihatannya banyak– akhirnya akan sedikit dan hina. Allah swt berfirman:

“Apa yang kalian datangkan (berikan) dari suatu riba guna menambah harta manu-sia maka sebenarnya riba itu tidak menambah harta di sisi Allah.” (Ar-Rum: 39)

Hadits Rasulullah n yang disam-paikan lewat shahabat beliau, Abdullah bin Mas’ud z, berikut ini juga menjadi bukti bahwa riba itu walaupun kelihatannya menambah harta namun pada akhirnya akan membuat harta itu sedikit dan musnah. Beliau bersabda:

“Tidak ada seorang pun yang banyak melakukan riba4 kecuali akhir dari perkaranya adalah hartanya menjadi sedikit.” (HR. Ibnu Ma-jah no. 2279, dalam Shahih Ibnu Majah dan Shahihul Jami’ no. 5518)

Di samping akibat buruk dari perbuatan riba yang telah disebutkan di atas, Rasul yang mulia juga telah mengabarkan bahwa mengambil riba termasuk dari tujuh dosa yang membinasakan pelakunya. Abu Hurairah berkata mengabarkan sabda Rasulullah saw:

“Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan.” Kami bertanya: “Apakah tujuh perkara itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Menyekutukan Allah (berbuat syirik), sihir, membunuh jiwa yang diharam-kan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan (mengambil) riba, memakan harta anak yatim, berpaling/lari pada hari bertemunya dua pasukan (pasukan muslimin dengan pasukan kafir), dan menuduh wanita baik-baik yang menjaga kehormatan dirinya (dengan tuduhan) berzina.” (HR. Al-Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 258)

Ketujuh perkara yang membinasakan yang tersebut dalam hadits ini adalah dosa-dosa besar, kata Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani, sebagaimana yang ditunjukkan dalam riwayat lain.

Di antara sekian hadits yang membi-carakan tentang azab yang diterima “tukang” riba kelak di hari kiamat, dibawakan Al-Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya dari shahabat yang mulia, Samurah bin Jundab, dalam hadits yang panjang tentang mimpi Rasulullah saw. Di antara isi mimpi beliau dikisahkan:

“Aku melihat pada malam itu dua orang laki-laki mendatangiku. Lalu keduanya mengeluarkan aku menuju ke tanah yang disucikan. Kemudian kami berangkat hingga kami mendatangi sebuah sungai darah. Di dalamnya ada seorang lelaki yang sedang berdiri, sementara di atas bagian tengah sungai tersebut ada seorang lelaki yang di hadapannya terdapat bebatuan. Lalu menghadaplah lelaki yang berada di dalam sungai. Setiap kali lelaki itu hendak keluar dari dalam sungai, lelaki yang berada di bagian atas dari tengah sungai tersebut melemparnya dengan batu pada bagian mulutnya. Maka si lelaki itu pun tertolak ke tempatnya semula. Setiap kali ia hendak keluar, ia dilempari dengan batu pada mulutnya hingga ia kembali pada posisi semula (tidak dapat keluar dari tempatnya berada). Aku (Rasulullah) pun bertanya: ‘Siapa orang itu (kenapa dengannya)?’ Dijawab: ‘Orang yang engkau lihat di dalam sungai darah tersebut adalah pemakan riba’.” (HR. Al-Bukhari, no. 2085)

Betapa mengerikan keadaan si pemakan riba, kita memohon keselamatan kepada Allah I. Semoga dengan penjelasan dan peringatan yang disampaikan dalam lembaran ini dapat menyadarkan para pemakan riba sehingga ia bertaubat dari perbuatannya. Allah swt-lah yang memberi taufiq kepada jalan yang lurus.

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Catatan Kaki:

1. Dan seluruh pihak yang terlibat (ta’awun) di dalamnya terkena laknat, mulai dari pihak yang mengambil (menarik) riba tersebut maupun pihak yang memberinya (misalnya nasabah bank). Karena riba itu tidak akan berlangsung/terjadi jika tidak memberinya. Oleh sebab itulah, Rasulullah saw mengatakan  (yang memberi riba). Begitu pula juru tulis dan saksinya, semuanya melanggar firman Allah swt:

“Janganlah kalian berta’awun (bekerja sama) dalam melakukan dosa dan permusuhan.” (Al-Ma`idah: 2) [ed]

2. Rasulullah saw bersabda:

“Tidaklah seseorang menyedekahkan sebuah kurma dari penghasilan yang baik (halal) melainkan Allah akan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia memeliharanya sebagaimana salah seorang kalian memelihara anak unta yang telah disapih dari induknya, hingga sedekah itu menjadi semisal gunung atau lebih besar lagi.” (HR. Muslim no. 2340)

3. Melakukan muamalah riba adalah dosa besar. Dan madzhab Ahlus Sunnah tidaklah menghukumi pelaku dosa besar sebagai kafir, selama dia tidak menghalalkannya. Bahkan mereka tetap menetapkan adanya keimanan si pelaku maksiat yang mensahkan keislamannya, sehingga ia tidak keluar dari lingkaran Islam. Beda halnya dengan Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar, atau Mu’tazilah yang mengeluarkan pelaku dosa dari keimanan dan berada pada manzilah baina manzilatain, tidak Islam tidak pula kafir. Namun dalam masalah hukuman di akhirat nanti, Khawarij dan Mu’tazilah sepakat menyatakan bahwa pelaku dosa besar itu kekal di dalam neraka.

Adapun nash yang berisi pernyataan kekufuran bagi pelaku dosa besar janganlah dipahami bahwa pelakunya kafir keluar dari Islam, karena kekafiran ada dua macam, besar dan kecil. Wallahu a’lam.

4. Yakni kebanyakan hartanya dikumpulkannya dari riba. (Syarh Sunan Ibni Majah, bab At-Taghlizh fir Riba)

5. Sabda Nabi n:  artinya “makan riba.” Beliau menyebut dengan “makan”, karena makan merupakan sisi kemanfaatan yang paling umum. Demikian dikatakan ahlul ilmi. Karena itulah, Allah I berfirman tentang Bani Israil:

“Dan disebabkan mereka mengambil riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya…” (An-Nisa`: 161)

Allah  tidak menyatakan:  (mereka memakan riba), karena kata  lebih umum daripada . Sehingga makan riba maknanya adalah mengambil riba. Sama saja, baik dimanfaatkan untuk dimakan, atau untuk permadani, bangunan, tempat tinggal, atau yang selainnya. (Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, 1/503)


Minggu, 14 Oktober 2012

Makna Basmallah




Di dalam kitab Safinatun Naja yang sering dipelajari oleh para santri di pondok pesantren, lafad "basmallah" yang berbunyi Bismillahir Rahmanir Rahim tidak hanya bermakna "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang", tetapi ada makna hidup yang terkandung di dalamnya.

Lafadz Bismillah berarti setiap perbuatan baik yang kita lakukan harus selalu di awali dengan Bismillah. Mau makan, Bismillah. Mau pergi kerja, Bismillah. Mau belajar, Bismillah. Mau masuk rumah, Bismillah. Mau tidur, Bismillah. Mau apapun, Bismillah. Hal ini sangat perlu menjadi sebuah kebiasaan karena Rasulullah SAW bersabda, “Setiap perkara yang tidak dimulai dengan bismillah (dalam riwayat lain: dengan mengingat Allah), maka amalan tersebut terputus (kurang) keberkahan-Nya.”. Sedangkan tujuan kita melakuakan perbuatan agar bisa membawa kebaikan kepada diri sendiri maupun orang lain, dan itulah salah satu akibat dari 'keberkahan'.  Misalnya dalam hal makan. Jika tanpa diawali dengan Bismillah barangkali alih-alih bukan energi yang kita dapat, tetapi malah kekenyangan sehingga lemak dan berbagai penyakit tertimbun di dalam tubuh. Sehingga keberkahan sangatlah penting baik saat makan, belajar, bekerja, maupun tidur. Untuk mendapatkan keberkahan itu maka membaca Bismillah adalah jalannya.

Lafadz Ar-Rohmani artinya Allah memberikan ni'mat besar kepada hamba-Nya baik di dunia maupun di akhirat. Maksudnya ni'mat besar artinya banyak yang menerimanya yakni seluruh hamba Allah di dunia termasuk hewan, tanaman, alam semesta dan manusia dari jaman dulu sampai akhir zaman.

Lafadz Ar-Rohimi artinya Allah memberikan ni'mat kecil kepada hamba-Nya di akhirat saja. Maksudnya ni'mat kecil adalah bahwa yang sedikit yang menerimanya yakni yang hanya memasuki syurga Allah.

Sebagaimana yang dijalaskan di dalam kitab safinatun naja, Allah SWT memiliki ni'mat 100. Ni'mat 1 diturunkan ke alam dunia dan ni'mat  99 di syurga, sehingga manusia dan seluruh ciptaan Allah Al-Khalik seperti binatang, tanaman, dan alam semesta ini sedang merasakan ni'mat yang 1 sedangkan untuk ni'mat yang 99 akan diberikan kepada hamba Allah SWT yang mendapatkan rahmat-Nya memasuki surga-Nya.

Kita sadari betul, ni'mat 1 di dunia ini ternyata meskipun digunakan bersama-sama oleh seluruh mahluk Allah tetapi banyak pula yang terlena dengan ni'mat yang 1 ini. Sehingga banyak manusia yang hanya mengejar ni'mat yang 1 di dunia ini harus banting tulang sehari semalam tanpa sempat beribadah, banyak yang korupsi untuk menumpuk kekayaan, banyak yang berbuat zinah untuk mengejar nafsu, dan banyak yang bermaksiat hanya ingin mendapatkan keduniawian. Padahal, yang sedang mereka kejar adalah ni'mat 1 sedangkan jika manusia mau bersabar dan beribadah dengan sebenar-benarnya maka mereka akan mendapatkan syurga Allah yang di dalamnya terdapat ni'mat 99.  Sungguh merugi jika di dunia yang sebentar ini (rata-rata 60 tahunan) dan hanya mengejar ni'mat 1 sedangkan di akhirat kekal abadi (lebih dari ribuan tahun) dengan ni'mat 99 dan sudah barang tentu yang menikmatinya hanya sedikit yakni hanya golongan hamba-hamba Allah ahli syurga.

Ayat Basmalah termasuk dalam surat al-Fatihah. Hadits, dari ad-Da'ru Quthni dari Abu Hurairah ra., ia berkata Rasulullah saw bersabda, "Jika kalian membaca surat al-Fatihah, hendaklah kalian membaca bismillahirrohmanirrohim, karena ia termasuk ke dalam surat al-Fatihah. Sedangkan surat al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat, dan bismillahhirrohmanirohim termasuk ke dalam salah satu ayatnya."

Makna Bismillah
• Preposisi "Bi" = aku memulai
• Al-Ism = nama, menunjuk pada sesuatu/person yang dinamai
• Allah = nama Tuhan, berasal dari kata al-Illah

Bismillah memiliki dua makna
1. Sebagai kalimat IZIN

• Bismillah bukan sebagai penukar kenikmatan, contohnya makan nasi dengan membaca bismillah akan sama ni'matnya dengan makan nasi tanpa membaca bismillah, tapi bismillah merupakan kalimat izin bagi hamba Allah yang merasa hidupnya hanya sekadar "numpang", karena sesungguhnya semua yang ada di atas dunia ini milik Allah dan manusia diberi kenikmatan untuk memakai fasilitas Allah tsb.

2. Sebagai kalimat PENGAKUAN OTORITAS

• Yaitu pengakuan otoritas bagi hamba Allah yang menyadari bahwa sesungguhnya yang memiliki wewenang/otoritas hanyalah Allah.Manusia hanya sebagai wakil Allah dimuka bumi ini, bukan sebagai penguasa. Bila seseorang mengucapkan bismilhirohmanirohim ia telah menandai kehambaannya dengan nama Allah, ia mengokohkan jiwanya - yang dinisbahkan kepada hakikat kehambaan - dengan salah satu dari tanda-tanda Allah.

Makna ar-Rahman

Ar-Rahman (Maha Pengasih), merupakan rahmat Allah dalam bentuk sarana hidup. Dilihat dari segi etimologisnya, ar-Rahman berwazan "fa'laan" yang menunjukkan banyak. Oleh karena itu rahmat Allah yang berupa sarana hidup ini diberikan untuk semua makhluk di alam semesta (rahmatan lil'alamiin) baik manusia maupun binatang, baik muslim maupun kafir. Makna ini digunakan dalam al-Quran (QS.20:5;19:75).

Makna ar-Rahim 

Ar-Rahim: Maha Penyayang merupakan rahmat Allah dalam bentuk petunjuk hidup. Dilihat dari segi bahasanya, ar-Rahim berwazan (berpola) "fa'iil" yang menunjuk ketetapan dan kekekalan. Ar-Rahim berupa rahmat Allah dalam bentuk petunjuk hidup, diberikan hanya untuk orang-orang yang beriman, menunjukkan keni'matan yang terus-menerus dan kekal. Dalam al-Quran makna ar-Rahim seperti terdapat pada QS.33:43;9:117.

Ar-Rahman dan ar-Rahim Allah berikan bersama-sama kepada hamba-hambaNya sesuai pengucapannya yang utuh dan lengkap (selalu bismilahirohmanirohim). Allah telah memberikan kepada manusia selain sarana hidup juga petunjuk hidup (hidayah). Tinggal manusia yang berusaha menggapai petunjuk hidup (hidayah) tersebut.

Fenomena sekarang, manusia umumnya menikmati sarana hidup tapi lupa/ mencampakkan petunjuk hidup yang berharga.Manusia lupa, siapa yang memberikan sarana hidup tersebut, manusia menganggapnya semata-mata atas usaha mereka, padahal semua sarana hidup tersebut Allah berikan gratis dan bersifat menyeluruh.

Rasulullah menerangkan keutamaan seseorang yang mengucapkan basmalah dalam HR.Abu Daud dan dihasankan oleh Ibnu Shalah : "Setiap urusan yang baik yang tidak diawali dengan bismilahirrohmanirrohim maka tidak akan mendapat barokah."

Bila pengucapan basmalah dilakukan dengan sadar dan sungguh-sungguh akan menghasilkan tiga kebaikan, yaitu:

  1. Akan terjaga dari syaitan, karena dengan menyebut nama Allah akan mendorong seorang mu'min mempertimbangkan apakah ia dibenarkan mengkaitkan nama Allah dengan niat dan perbuatan yang buruk. 
  2. Dengan menyebut nama Allah akan timbul pada dirinya sikap yang benar dan membawa dirinya ke arah yang benar. 
  3. Orang tersebut akan menerima pertolongan dan ridho Allah dan akan dilindungi dari godaan syaitan, karena Allah menerima perbuatan seorang mu'min bila ia beribadah kepada-Nya. 


Kalimat Basmallah merupakan suatu kalimat yang diucapkan oleh seorang muslim ketika hendak memulai sesuatu aktivitas yang mengandung kebaikan dan mendapat Ridho Allah atau dengan kata lain yang disebut dengan ibadah.

Basmallah adalah ayat pertama dalam surat Al fathihah. Basmallah mempunyai pengertian sebagai kalimat meminta izin. karena semua didunia ini adalah milik yang maha kuasa, oleh karena itu hendaknya kita meminta izin untuk menggunakan sesuatu yang hendak akan kita gunakan dengan mengucapkan basmallah. Basmallah juga memiliki pengertian bahwa kita mengakui otorita Allah SWT.

Dalam kalimat Basmallah terdapat kata Ar-Rahman dan Ar-Rohim

Ar-Rahman artinya maha pengasih, sedangkan Ar-Rahim artinya maha penyayang. Ada perbedaan antara Ar-Rahman dan Ar-Rahim, yaitu.

Ar-Rahman merupakan bahwa Allah memberikan anugrah atau kasihnya sebagai sarana hidup yang bersifat sementara dan ini berlaku untuk semua makhluk Allah.

Ar-Rahim merupakan bahwa Allah memberikan anugrah atau kasihnya sebagai petunjuk hidup yang sifatnya kekal abadi dan hanya diberikan kepada seorang mukmin.

Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata Rasulullah bersabda “Jika kalian membaca surat Al-Fatihah hendaklah kalian membaca bismillahirrahmanirrahim, karena ia termasuk kedalam surat Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat dan basmallah termasuk kedalam salah satu ayatnya.

Makna Ar-Rahman

Ar-Rahman (maha pengasih) merupakan rahmat Allah dalam bentuk sarana hidup. Dilihat dari segi etimologinya Ar-Rahman berwazan fa’laan yang menunjukkan banyak. Oleh karena itu, rahmat Allah yang berupa sarana hidup ini diberikan untuk semua makhluk di alam semesta (rahmatan lil’alamin) baik manusia maupun binatang, baik muslim maupun kafir. Makna ini digunakan dalam Al-Qur’an (QS. 20:5; 19:75)

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. YAng bersemayam diatas ‘Arsy(Q.S Thaahaa:5)

Katakanlah:”Barangsiapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan Yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya; ehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepadanya, baik siksa maupun kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya.”

Makna Ar-Rahim

Ar-Rahim (maha penyayang) merupakan rahmat Allah dalam bentuk petunjuk hidup. Dilihat dari segi bahasanya, Ar-Rahim berwazan (berpola) fa’iil yang menunjukkan ketetapan dan kekekalan. Ar-Rahim berupa rahmat Allah dalam bentuk petunjuk hidup diberikan hanya untuk orang-orang yang beriman, menunjukkan kenikmatan yang terus-menerus dan kekal. Dalam Al-Qur’an makna Ar-Rahim seperti terdapat pada (QS. 33:43; 9:117).

Dialah yang memberi rahmat lepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu)’ supaya Dia mengeluarkankamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang). Dan adalah Dia Yang Maha Penyayang kepada orang-orang yang briman.(Q.S Al Azhab:43)

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.

Rasulullah menerangkan keutamaan seseorang yang mengucapkan Basmallah dalam H.R. Abu Daud dan dihasankan oleh Ibnu Shalah.

“Setiap urusan yang baik yang tidak diawali dengan Bismillahirrahmanirrahim makan tidak akan mendapat berkah.”

Bila pengucapan Basmallah dilakukan dengan sadar dan sungguh-sungguh, akan menghasilkan tiga kebaikan, yaitu:

Akan terjaga dari syetan, karena dengan menyebut nama Allah akan mendorong seorang mukmin mempertimbangkan apakah ia dibenarkan mengaitkan nama Allah dengan niat dan perbuatan yang buruk,
Dengan menyebut nama Allah, akan timbul pada dirinya sikap yang benar dan membawa dirinya ke arah yang benar.

Orang tersebut akan menerima pertolongan dan ridha Allah dan akan dilindungi dari godaan syetan karena Allah menerima perbuatan seorang mukmin bila ia beribadah kepada-Nya atau mendapat pertolongan dari Allah SWT.

Bismillah statusnya sebagai ayat pertama dari surat Fatihah, sedangkan dalam surat lainnya ia sebagai pembatas antarsurat, karenanya tidak diberi nomor. Konsekuensinya, bila Bismillah dihitung sebagai ayat dari Al-Fatihah, ia harus dibaca saat kita membaca Al-Fatihah  dalam shalat.

Ada dua cara membaca Bismillah saat shalat; jahar dan sirr.  Jahar artinya bacaannya terdengar atau dikeraskan. Sedang sirr artinya tidak terdengar atau tidak dikeraskan. Kalau kita shalat berjamaah di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, saat imam membaca Fatihah langsung terdengar Alhamdulillah … , seolah Bismillah-nya tidak dibaca. Sesungguhnya imam tetap membaca Bismillah namun tidak dikeraskan bacaannya.

Imam An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Imam Hakim meriwayatkan hadits berikut, “Abu Hurairah r.a. shalat dengan mengeraskan bacaan Bismillah. Selesai shalat ia berkata : Sesungguhnya shalatku sangat menyerupai shalat Rasulullah saw.”

Anas berkata, “Saya pernah shalat di belakang Nabi saw. , Abu Bakar, Umar, dan Usman. Mereka memulai bacaannya dengan Alhamdulillah.” ( H. R. Bukhari – Muslim ).

Hadits pertama riwayat Abu Hurairah r.a. menjelaskan Bismillah itu dikeraskan ( jahar ). Sedangkan hadits kedua riwayat Anas r.a. menjelaskan bacaan Bismillah  itu tidak dikeraskan ( sirr ). Kedua hadits tersebut tidak bertentangan, tapi menjelaskan sesuatu yang bersifat pilihan. Artinya, kita boleh memilih cara yang paling kita sukai, apakah mau membaca Bismillah dengan dikeraskan atau tidak.

Secara gramatikal, Bismillah merupakan kalimat yang belum sempurna. Coba perhatikan terjemahannya : “Dengan menyebut nama Allah”. Apa yang dengan nama Allah itu? Bandingkan dengan contoh berikut “Dengan pisau” Apa yang dengan pisau? Supaya sempurna, kita tambahkan kalimat “Saya menyembelih ayam dengan pisau”, maka kalimat itu menjadi sempurna. Begitu juga kalimat Bismillah, perlu kalimat penyempurna. Adapun kalimat penyempurnanya adalah perbuatan kita, misalnya kita membaca Bismillah  saat mau makan. Berarti kita mengatakan “Saya makan dengan menyebut nama Allah Yang Maha pemurah lagi Maha Penyayang” Maka kalimat ini menjadi sempurna. Contoh lain, saat mau menulis, kita membaca Bismillah , ini maknanya sama dengan  “Saya menulis dengan menyebut nama Allah”.

Agar seluruh aktivitas keseharian kita bernilai ibadah, Rasulullah saw menganjurkan untuk memulai seluruh perbuatan baik dengan Bismillah, sebagaimana sabdanya, “Setiap urusan (perbuatan) yang tidak diawali dengan Bismillahirrahmanirrahim, maka cacat (terputus dari rahmat Allah).” (H.R. Ahmad dan Ashhab Sunan)

Para penulis kitab nasihat Islam zaman dulu bila hendak memulai sebuah tulisannya mereka selalu memaknai kalimat basmallah. Sebagai contoh tertulis : Aku mulai kitab ini dengan menyebut nama Allah subhanahu wata'ala yang maha rahman lagi pemurah bagi seluruh makhluk di dunia ini dan maha rahim lagi mengasihani bagi hamba-hambanya yang saleh di negeri akhirat nanti. Jadi Allah yang maha pemurah dan penyayang dan itulah yang dikehendaki oleh semua makhluk di alam dunia ini, tetapi yang maha berkehendak itu juga ialah Allah subhanahu wata'ala. Begitu juga dengan sifat-sifat kebaikan lain dalam diri manusia, namun yang maha kebaikan itu adalah Allah subhanahu wata'ala. Oleh sebab itulah kita berlindung kepada Allah subhanahu wata'ala dari sifat-sifat yang keji dan buruk, karena tiada daya dan upaya kita melainkan Allah subhanahu wata'ala.

Beberapa hadits yang berkenaan dengan fadhilah Basmallah silakan baca di artikel yang lama:

http://peuniyoh.blogspot.com/2011/04/fadhilat-basmallah.html

Semoga bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Selasa, 09 Oktober 2012

Keutamaan La Ilaha Illallah


Sumber: http://almahabbah89.wordpress.com/2011/02/02/keutamaan-la-ilaha-illallah/

Beberapa Fadhilah dan keutamaan mengamalkan kalimat La Ilaaha Illallah antara lain sebagai berkut :

1 Rasulullah SAW bersabda :
”Nanti pada hari kiamat ada seseorang yang didatangkan ke timbangan amal, lalu dikeluarkan baginya 99 bendel, dimana setiap bendel berisi catatan kesalahan dan dosanya sejauh mata memandang, lantas diletakkan di salah satu daum timbangan; kemudian dikeluarkan satu kertas selebar ujung jari yang padanya tertulis suatu persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, lalu diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka lembaran kertas yang kecil itu menghapus dosa-dosanya”.

2 Barangsiapa yang memelihara 7 (tujuh) kalimat, maka ia mulia disisi Allah, mulia disisi Malaikat, Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut, merasakan manisnya ibadah, dan hidup atau mati baik baginya. Ketujuh kalimat dimaksud adalah:
1.      apabila memulai sesuatu perbuatan, maka ia membaca Bismillahir-rahmanir-rahim.
2.      apabila selesai mengerjakan sesuatu, maka ia membaca Alhamdulillah.
3.      apabila lisannya terlanjur mengucapkan kata-kata yang tidak berguna atau mengerjakan perbuatan yang tidak terpuji, maka ia mengucapkan Astaghfirullah.
4.      apabila hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan esok harinya, maka ia mengucapkan Insya Allah.
5.      apabila menghadapi sesuatu yang tidak diinginkan, maka ia mengucapkan La haula wa la quwwata illa billahil-’aliyyil-azhim.
6.      apabila tertimpa musibah baik dalam diri maupun hartanya, maka ia mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
7.      sepanjang waktu baik siang maupun malam, lisannya selalu mengucapkan La Ilaha Illallah.

3 Diriwayatkan dari salah seorang sahabat, bahwasanya ia berkata : Barangsiapa yang mengucapkan La Ilaha Illallah dengan benar-benar ikhlas dari lubuk hatinya serta membacanya dengan panjang penuh hormat, niscaya Allah menghapus 4000 dosa besar”. Ada seseorang yang bertanya kepadanya : ”Bagaimana apabila ia tidak mempunyai 4000 dosa?” Sahabat itu menjawab :”Diampunilah dosa-dosa keluarga dan tetangganya”.

4 Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya ia berkata : ” Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dahulu mendapat syafaatmu?” Beliau bersabda: ”Orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah dengan benar-benar ikhlas dari lubuk hatinya”.

5 Al Hasan Al Basri menafsirkan bahwa tidak ada balasan bagi orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah kecuali syurga.

6 Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda :
”Ajarkanlah La Ilaha Illallah kepada orang-orang yang (menjelang) mati diantara kamu sekalian, karena sesungguhnya kalimat itu dapat menghancurkan dosa-dosa sehancur-hancurnya”. ”Wahai Rasulullah, (bagaimana) jika ia membaca kalimat itu sewaktu hidupnya? ” Beliau menjawab : ”Kalimat itu lebih menghancurkan dan lebih menghancurkan”.

7 Anas bin Malik ra meriwayatkan dari Nabi SAW, bahwasanya beliau ditanya:
”Wahai Rasulullah, apakah syurga itu mempunyai harga?” Beliau menjawab : ”Harganya adalah ucapan La Ilaha Illallah”.

8 Nabi SAW juga bersabda :
”Seutama-utama apa yang aku baca dan dibaca oleh nabi-nabi sebelum aku adalah : La Ilaha illallah”.
”……Wahai Muhammad, terimalah berita gembira, sesungguhnya umatmu telah mempunyai surat izin untuk hari kiamat itu. Ingatlah, orang yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah itu akan melewati titian Jahannam dengan selamat. Nabi SAW bersabda : ”Segala puji bagi Allah yang telah memberikan ilham bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah”.

9 Aman dari adzab Allah di dunia dan di akhirat

10 Sabda Rasulullah : Iman itu ada 70 lebih cabang, yang penting dan utama adalah “La Ilaaha Illallah” dan yang terendah adalah menyingkirkan duri (sesuatu yang menyakiti) di jalan (HR. Muslim).

11 Sabda Rasulullah s.a.w. : Allah s.w.t. berfirman : Wahai Ibnu Adam, sesungguhnya bila engkau datang kepadaku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu denganKu (pada hari kiamat) dengan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu, niscaya akan Aku berikan samudera ampunan untukmu (Tirmidzi).

12 Rasulullah s.a.w. bersabda : Allah berfirman : Barang siapa menerimaKu tidak meyekutukanKu dengan sesuatupun, maka ia masuk surga, dan barang siapa menemuiKu dan menyekutukan Aku dengan sesuatu, pasti ia masuk neraka (HR. Muslim).

Semoga dapat bermanfaat kepada kita semua, aamiin...

28 Keutamaan Membaca Shalawat


28 Manfaat Membaca Shalawat:
  1. Melaksanakan perintah Allah SWT.
  2. Diangkat sepurluh derajat atas kedudukannya di sisi Allah SWT.
  3. Dituliskan bagi pembaca shalawat sepuluh kebaikan dan dihapuskan sepuluh kejelekan.
  4. Memperoleh limpahan rahmat dan kebajikan dari Allah SWT.
  5. Memperoleh kebajikan, mengangkat derajat, menghapus kejahatan, kesalahan dan dosa.
  6. Memperoleh pengakuan kesempurnaan iman bila membacanya 100 kali.
  7. Menjauhkan kerugian, penyesalam dan digolongkan ke dalam golongan orang-orang shaleh.
  8. Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  9. Memperoleh pahala seperti memerdekakan hamba sahaya.
  10. Memperoleh syafa'at dari Nabi Muhammad SAW.
  11. Memperoleh penyertaan dari malaikat rahmat.
  12. Memperoleh hubungan yang rapat dengan Nabi Muhammad SAW. Sebab jika seseprang bershalawat dan mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad SAW, maka shalawat dan salamnya disampaikan kepada Beliau.
  13. Membuka kesempatan berkomunikasi dengan Nabi SAW dalam keadaan terjaga.
  14. Menghilangkan kesusahan, kegundaham dan melapangkan rezeki.
  15. Melapangkan dada dan hati yang sempit bila seseorang membacanya 100 kali.
  16. Menghapuskan dosa bila seseorang membacanya 3 kali setiap hari.
  17. Menggantikan sedekah bagi orang-orang yang tidak mampu bersedekah.
  18. Melipatgandakan pahala yang diperoleh terutama bila seseorang banyak membaca shalawat di hari Jumat.
  19. Mendekatkan kedudukan kepada Rasulullah SAW di Hari Kiamat.
  20. Menjadikan sebab doa kita diterima dan dikabulkan Allah SWT.
  21. Melepaskan diri dari kebingungan di Hari Kiamat.
  22. Memenuhi stu hak Rasulullah SAW atau memenuhi suatu ibadah yang diwajibkan Nabi SAW kepada umatnya.
  23. Dipandang sebagai seseorang yang mencintai Rasulullah SAW.
  24. Dikabulkan segala hajat atau kebutuhannya.
  25. Membuat orang yang membacanya menjadi ingat atas segala hal yang dilupakannya.
  26. Menghilangkan perasaan pelit.
  27. Menyelamatkan pembacanya dari kejahatan orang yang mendoakan keburukan baginya.
  28. mengundang keberkahan.

    sumber:  http://uswahislam.blogspot.com/2012/01/28-keutamaan-membaca-shalawat.html