Jumat, 18 Maret 2016

Penyakit Jantung dan Depresi

Faktor-faktor Risiko Depresi

1. Jenis Kelamin

Depresi lebih sering pada wanita, diduga karena lebih sering mencari pengobatan sehingga lebih sering terdiagnosis. Selain itu, ada yang menyatakan bahwa wanita lebih sering terpajan stresor lingkungan dan ambangnya terhadap stresor lebih rendah daripada pria. Ketidakseimbangan hormon juga menambah tingginya prevalensi depresi pada wanita, seperti adanya depresi prahaid, postpartum, dan postmenopause.1,3

2. Usia

Depresi lebih sering terjadi pada usia muda. Umur rata-rata awitan sekitar 20-40 tahun. Hal ini mungkin berkaitan dengan meningkatnya penggunaan alkohol serta penyalahgunaan obat pada kelompok usia ini.1,3

3. Status perkawinan

Gangguan depresi berat lebih sering dialami individu yang bercerai atau berpisah dibandingkan dengan yang menikah atau lajang. Wanita lajang lebih jarang menderita depresi daripada wanita menikah. Sebaliknya, pria menikah lebih jarang menderita depresi daripada pria lajang.1,3

4. Geografis

Di negara maju, depresi lebih sering terjadi pada wanita. Penduduk kota lebih sering menderita depresi daripada penduduk desa.1

5. Riwayat keluarga

Risiko depresi makin tinggi bila ada riwayat genetik dalam keluarga.1

6. Kepribadian

Seseorang dengan kepribadian lebih tertutup, mudah cemas, hipersensitif, dan lebih bergantung pada orang lain lebih rentan terhadap depresi.1

7. Stresor sosial

Peristiwa kehidupan, baik yang akut maupun kronik, dapat menimbulkan depresi. Persepsi seseorang terhadap suatu stresor juga ikut menentukan pengaruh stresor terhadap orang tersebut.1

8. Dukungan sosial

Seseorang yang tidak terintegrasi ke dalam masyarakat cenderung menderita depresi.1

9. Tidak bekerja

Suatu survei terhadap wanita dan pria di bawah 65 tahun yang tidak bekerja selama sekitar enam bulan melaporkan terjadinya depresi tiga kali lebih sering.1

Komorbiditas Depresi dengan Penyakit Jantung

Beberapa hal penting yang perlu diingat pada komorbiditas depresi dengan penyakit jantung, antara lain: 1) pasien yang pertama kali mendapat serangan jantung hampir selalu menyangkal bahwa gejala-gejala penyakit yang dirasakannya berasal dari jantung; 2) depresi dan stres emosi lain dapat mempresipitasi gejala jantung akut atau kematian mendadak; 3) psikofarmaka dapat memberikan efek samping berupa gangguan jantung, tetapi klinikus tidak perlu takut menggunakannya; 4) depresi merupakan faktor risiko tersendiri pada coronary artery disease (CAD), baik pada laki-laki maupun wanita; 5) depresi setelah infark jantung dikaitkan dengan peningkatan risiko infark berulang dan kematian (depresi memperburuk prognosis CAD); 6) depresi dapat menyebabkan kematian mendadak melalui aktivitas nervus vagus yang mempengaruhi denyut jantung; 7) penurunan serotonin yang dikaitkan dengan depresi dapat menyebabkan perubahan platelet; 8) risiko kematian setelah serangan jantung pada pasien depresi adalah 2-4 kali lipat dibandingkan pasien yang tidak menderita depresi.1

Hubungan Depresi dan Beberapa Faktor Risiko dengan CAD

- Merokok
Merokok dikaitkan dengan tingginya angka CAD. Di Amerika Serikat sekitar 49% penderita depresi merokok, sedangkan pada populasi umum hanya 20-30%. Peneliti lain melaporkan prevalensi selama hidup merokok pada pasien depresi adalah 30-45%, sedangkan pada populasi umum 5-10%.

Penderita depresi yang merokok sering gagal dalam program berhenti merokok dan mereka lebih sering mengalami gejala putus zat selama usaha berhenti merokok. Keadaan ini membuat penderita depresi lebih sering merokok daripada populasi tidak depresi.1

- Hipertensi
Peningkatan tekanan darah diastolik 10 mmHg di atas nilai normal dikaitkan dengan peningkatan risiko CAD, sedangkan sebuah penelitian longitudinal (20 tahun) melaporkan risiko menderita CAD lebih tinggi pada kelompok yang menderita depresi sejak awal penelitian dibandingkan dengan kelompok yang tidak menderita depresi.

- Diabetes Melitus (DM)
Depresi menyebabkan tingginya kadar glukosa, dan berpengaruh terhadap pengontrolan kadar gula darah.1 Risiko CAD dan kematian akibat CAD meningkat 3/4 kali pada pasien DM. Depresi lebih sering pada penderita DM dibandingkan dengan populasi umum.

- Hiperkolesterolemia
Kematian CAD meningkat 9% untuk kenaikan 10 mg/dL plasma kolesterol. Kematian tersebut 3 kali lebih sering pada individu yang kolesterolnya tinggi bila dibandingkan dengan yang kolesterolnya rendah. Walaupun demikian, depresi tidak dikaitkan dengan kolesterol tinggi, tetapi dengan yang rendah.

Ada laporan bahwa zat-zat yang menurunkan kolesterol dapat menyebabkan depresi. Laki-laki yang secara kronik mengalami hipokolesterol lebih sering depresi dibandingkan kontrol. Perbaikan klinik terjadi setelah kadar kolesterol naik mencapai nilai normal.1

Asam lemak berkompetisi dengan triptofan (prekursor serotonin) untuk berikatan dengan albumin. Apabila asam lemak bebas dalam darah sedikit, albumin yang tersedia lebih banyak, sehingga ikatannya dengan triptofan menjadi lebih banyak. Akibatnya triptofan yang diubah menjadi serotonin berkurang. Depresi dikaitkan dengan rendahnya serotonin.1

- Obesitas
Obesitas juga suatu faktor risiko CAD. Kelebihan berat badan atau body mass index (BMI) 25-29,9 dan obesitas (BMI = 30) dikaitkan dengan risiko relatif CAD bila dibandingkan dengan berat normal (BMI 18,5- 24,9). Pada wanita, obesitas dikaitkan dengan depresi.1

- Homosistein plasma
Peningkatan homosistein plasma dikaitkan dengan CAD. Penurunan kadar homosistein dengan suplementasi vitamin B dapat mengurangi CAD. Pada pasien depresi terdapat peningkatan kadar homosistein.1

Sumber: http://www.smallcrab.com/penyakit-jantung/1366-depresi-dan-penyakit-jantung



 Cara Mengurangi Risiko

Meskipun tidak dapat melawan penuaan dan mempengaruhi garis keturunan, Anda dapat melakukan hal berikut untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner:

    Mengurangi konsumsi daging berlemak jenuh tinggi.
    Memperbanyak makan buah, sayuran dan biji-bijian yang mengandung antioksidan tinggi (Vitamin A, C dan E). Antioksidan mencegah lemak jenuh berubah menjadi kolesterol.
    Menghindari stress. Stress dapat menimbulkan ketidakseimbangan fungsi tubuh, meningkatkan tekanan darah serta membuat Anda merokok dan makan berlebihan.
    Tidak merokok dan minum kopi berlebihan.
    Rajin berolah raga. Olah raga aerobik selama 30 menit setiap hari, 3-4 kali seminggu dapat memperkuat jantung, membakar lemak dan menjaga kesimbangan HDL dan LDL.

http://www.terapinarkoba.com/2013/01/penyakit-jantung-koroner.html



Penyebab Keringat Dingin:
Gangguan Jantung dan Pembuluh darah Perubahan fungsi jantung dan tekanan darah yang dapat menyebabkan keluar keringat dingin meliputi: Serangan jantung atau angina pektoris (nyeri dada) Perdarahan internal Kadar oksigen darah yang rendah Hipoglikemia (gula darah rendah), terutama bila disebabkan oleh reaksi insulin Hipotensi (tekanan darah rendah) Syok septik (infeksi sistemik) dan bentuk-bentuk syok lainnya. Penyebab Keringat Dingin: Kondisi atau penyakit lainnya. Kondisi umum dan gangguan emosional yang dapat menyebabkan keringat dingin antara lain:

Gejala lain yang menyertai
Keringat dingin seringkali disertai dengan gejala lain yang bermacam-macam tergantung pada penyakit atau kondisi yang mendasarinya. Gejala yang menyertai keringat dingin antara lain: Kecemasan atau stres Rasa nyeri atau sakit Panas dingin Pusing Mual dan muntah Kulit pucat Kelemahan (lemas)

Pada beberapa kasus, keringat dingin menunjukkan kondisi serius atau mengancam jiwa yang harus segera dievaluasi dalam kondisi darurat. Oleh karena itu segera bawa ke IGD, jika seseorang memiliki gejala-gejala yang mengancam jiwa berikut ini, dengan atau tanpa keringat dingin: Perubahan kewaspadaan atau tingkat kesadaran, seperti pingsan atau tidak berespon Perubahan status mental atau perubahan perilaku tiba-tiba, seperti kebingungan, delirium, lesu, halusinasi dan delusi Nyeri dada atau rasa sesak, dada terasa seperti ditekanan atau diremas, menjalar punggung atas, rahang, bahu, atau lengan Kesulitan bernapas, sesak napas. Jantung berdebar (Palpitasi) Warna kebiruan pada kulit, bibir atau kuku (sianosis) Demam tinggi Kejang Nyeri hebat Tenggorokan sesak atau pembengkakan wajah, lidah atau mulut Perdarahan yang tidak terkontrol Muntah darah, buang air besar berdarah

Bersumber dari: Ketahui Penyebab Keringat Dingin yang Anda Alami | Mediskus.com

Tidak ada komentar: