Sabtu, 17 April 2010

BAGAIKAN MENDUNG TIADA HUJAN

Andaikata kita menghitung-hitung nikmat yang Allah swt anugerahkan kepada niscaya tidak sanggup kita menghitungnya. Allah swt telah menyediakan kebutuhan hidup yang sementara ini di dunia dan memberi kesempatan menikmati jasad tubuh pinjaman-Nya ini supaya kita mengetahui dan mensyukuri akan kebesaran Allah swt. Kenikmatan hidup di atas dunia ini adalah cobaan dan kekhawatiran dan kesakitan di dunia ini adalah ujian, supaya kita tidak lepas pada mengingat kebesaran Allah swt.

Sungguh banyak manusia yang menjalani hidup dengan sia-sia bagaikan mendung tapi hujanpun tidak turun. Manusia hidup bagaikan hewan-hewan ternak yang mementingkan hawa nafsu keduniaan dan berpaling dari keimanan kepada Allah swt dan hari akhirat. Begitu ramai orang yang memiliki ilmu yang tinggi tetapi tidak mengamalkan untuk dirinya itulah bagaikan mendung awan petir halilintar tetapi tiada hujan. Betapa mereka berjual kata-kata yang baik dari ilmu-ilmu yang tinggi dari penemuan yang menakjubkan tetapi tidak sedikitpun dapat memberikan kesejukan kedalam hatinya. Mereka terus mengejar materi dan menuntut kekayaan di dunia ini maka itulah mereka yang menghargakan pahala akhirat dengan harga yang sedikit dan lebih menuntut keuntungan dunia yang fana (rusak).

Ialah orang yang tanpa ketulusan kepada mengharap keridhaan Allah dan seolah hidup di dunia ini merupakan segala-galanya bagi mereka. Mereka mencari kesenangan dan menumpuk-numpuk harta sementara harta dan kesenangan itu tidak dibawanya ke dalam peristirahatannya di dalam kubur dan tidak pula dibawanya ke negeri akhirat. Yang menentukan keselamatan di akhirat nanti hanya hati yang selalu disucikan dengan taqwa kepada Allah serta amalan yang ikhlas kepada Allah. Tidakkah mereka mengumpulkan kayu bakar dengan bersusah payah untuk membakar dirinya sendiri yaitu orang-orang yang bekerja demi mengharap materi duniawi. Mereka yang beribadah untuk dipamerkan kepada orang-orang dan mereka yang bangga kepada manusia dengan ibadahnya. Orang yang berilmu tetapi tidak beramal mengharap kebaikan dari Allah swt, orang yang menumpuk-numpuk kekayaannya tanpa memperdulikan orang-orang miskin, orang miskin yang pembohong, pemimpin yang suka menipu dengan tipu muslihat yang keji, orang yang berniaga tetapi tidak berzakat lagi penipu, orang yang memakan harta-harta anak yatim, orang yang mengetahui tetapi segan untuk menyampaikan nasihat.

Sampai dimana kita menyakini akan Allah swt sementara kita selalu melupakan-Nya. Andaikata Allah swt memperlihatkan dan memperdengarkan keadaan orang dalam kubur maka kita tidak akan makan dengan kenyang, tidak akan tidur sampai nyenyak, tidak akan menyia-nyakan waktu untuk mencari kesenangan, dan tidak akan lalai dari amalan kebaikan dan mengingat Allah swt. Tidakkah kita menyaksikan begitu ramai orang menghabiskan waktunya di tempat yang menyia-nyiakan hidupnya dengan hiburan, permainan dan sekedar duduk-duduk dan ketawa. Ketika azan berkumandang mereka hanya mendengar tetapi tidak memperdulikan. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Nabi saw pernah bersabda:

“Aku berniat memerintahkan kaum muslimin untuk mendirikan shalat. Maka aku perintahkan seseorang untuk menjadi imam dan shalat bersama manusia. Kemudian aku berangkat dengan sekelompok kaum muslimin yang membawa seikat kayu bakar menuju orang-orang yang enggan shalat berjama'ah, dan niscaya aku bakar rumah-rumah mereka". (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam Al-Quran telah disebutkan:
"Dan kami tidak membinasakan sesuatu negeripun melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberinya peringatan." (QS. Asy-Syu'ara: 208)

Dalam sebuah nasihat disebutkan:
Wahai anak Adam, tidaklah Aku ciptakan kamu percu¬ma dan tidaklah aku tinggalkan kamu begitu saja, serta tidaklah aku lengah dari apa yang kamu kerjakan. Se¬sungguhnya kamu sekalian tidak (akan) mencapai surga dari-Ku, kecuali jika kamu sabar atas apa yang tidak kamu sukai dalam mencari rida-Ku, dan sabar dalam men¬jalankan (taat) perintah-Ku lebih ringan daripada sabar menjauhi maksiat pada-Ku, meninggalkan (cinta) dunia lebih mudah daripada mencari-cari alasan, meninggal-kan aniaya/zalim lebih ringan daripada panasnya api neraka, siksaan dunia lebih ringan daripada siksaan ak¬hirat sebab siksaan dunia dapat putus dan dapat hilang, sedangkan siksaan akhirat tidak dapat putus dan tak da¬pat hilang.

Wahai anak Adam, setiap kamu pasti tersesat, ke¬cuali yang Aku beri hidayah (petunjuk), dan setiap ka¬mu pasti sakit, kecuali orang yang Aku sembuhkan, setiap kamu pasti celaka, kecuali orang yang aku selamat¬kan, setiap kamu dapat menjadi fakir, kecuali orang yang Aku kayakan, dan setiap kamu (suka) berbuat ja¬hat, kecuali orang yang Aku jaga, maka bertobatlah (kembalilah) pada Tuhanmu, pereratlah tali persaudara¬an, dan janganlah kamu merusak penutup (harga diri¬mu) di sisi Dzat yang sangat mengetahui segala rahasia :
« Tidak ada Tuhan selain Dia Yang Maha Gagah dan Maha Bijaksana »

Sesungguhnya Allah swt telah menjanjikan bagi orang mukmin adalah syurga seluas langit dan bumi kepada masing-masing mereka dan itulah sebaik-baik tempat untuk kembali.

Wallahu a'lamu bishshawaab.

Tidak ada komentar: