Rabu, 20 April 2011

Hakikat Kebaikan atau Keburukan


Hakikat kebaikan atau keburukan itu adalah untuk diri kita sendiri. Sesungguhnya kita menyadari sepenuhnya, setiap apapun yang kita lakukan itu hakikatnya bukanlah untuk orang lain. Oleh sebab itu diperlukan suatu pengaturan untuk menentramkan kehidupan manusia. Apa yang kita rasakan itu ialah hati kita. Keputusan-keputusan di dalam kehidupan itu menentukan kita dimana berada dan apa yang kita lakukan. Jika saya sekarang berada di sebuah ruangan dan sedang menulis ini, maka inilah yang ditakdirkan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada saya.

Kesempurnaan iman adalah kebulatan tekad dalam setiap tingkah laku kita itu semata-mata hanya untuk Allah subhanahu wata'ala. Allah yang maha rahman dan maha rahim, maka jika kita tidak merasa tentram dan bahagia maka itu kemungkinan adalah kemarahan Allah kepada kita. Namun, prinsip itu juga tidak demikian adanya. Ketika kita meyakini makna Tiada Tuhan Melainkan Allah, maka hati kita akan mendapat ujian dan cobaan, karena Allah bertujuan ingin membersihkan ketauhidan-Nya di dalam hati kita, mensucikan keesaan-Nya didalam perbuatan kita. Bersyukurlah bagi mereka yang telah dibersihkan oleh Allah swt, karena kesabarannya menjalani hidup ini dengan senantiasa tidak mengingkari perintah-perintah Allah. Semuanya akan memiliki arti dan makna mendalam, ketika kita menghayati keesaan Allah swt. Allah swt maha satu tidak tiada berserikat sesuai dengan apa yang tersurat dalam Al-Qur'an Al-Ikhlas. Jika kita memiliki akal ini untuk memikirkan diri kita dan alam sekeliling kita, tapi sudah jelas tidak begitu karena semua yang terjadi hanya sedikit pengetahuan kita, karena ilmu itu milik Allah swt. Kehendak-Nya semua apa yang kita pikirkan, dan seandainya kita benar atau pun disalahkan oleh orang, maka Allah swt tetap suci dan Allah tetap maha besar. Kita ini hanyalah sebagai hamba-Nya.

Diri kita ini sebenarnya khusus dan spesial dari Allah swt. Allah swt yang maha besar itu spesial untuk kita, dan jika saya berpikir bahwasanya Allah swt spesial untuk saya sendiri. Itulah yang membawa saya kepada khusuk, karena hanyasanya Allah itu hanya milik saya sendiri, dan saya sepenuhnya mencintai-Nya tanpa harus memikirkan bagaimana orang lain. Tidak perlu saya menoleh ke kanan atau ke kiri untuk memperhatikan yang lain dan itu penuh bahwa Allah ada untuk saya sendiri.

Jika saya memiliki sesuatu, itulah dari Allah swt. Jika saya merasa bahwa saya lebih hina dari orang lain, dan itu tidak perlu bagi saya. Apalagi saya ketahui ada nafsu dan bisikan syaithan yang mengatakan saya beda dengan yang lain. Saya berlindung kepada Allah dari bisikan syaithan, karena kita sama dari pandangan Allah swt, karena riya' atau pamer itu hanya saya sendiri yang tahu, dan senantiasa saya menghilangkan perasaan itu dalam diri saya.

Jika saya mengetahui ada orang lain memperoleh kebaikan, adakah terpikir atau merasa bahwa Allah sedang memberi nikmat dan rahmat-Nya, karena saya juga memperolehnya tetapi dalam bentuk yang lain. Kenapa saya memikirkan tentang nikmat orang lain, sedangkan nikmat untuk diri saya sendiri ini sudah sangat banyak. Sedikit juga kenikmatan hidup ini, tidak mampu saya membalasnya, hanyasanya saya berserah diri dan mengikuti apa yang disuruh oleh Allah swt. Allah spesial untuk saya.


Wallahu a'lamu bishawab

Tidak ada komentar: